أهمية أصول الفقه للمقلد وكيفية تعامله مع قواعده في يومنا الراهن
من أين جاءت هذه الفكرة؟ لما كثرت الكتب الفقهية المؤلفة من الشروح والاختصارات والحواشي صار العلماء يكتفي بنقل الأقوال والأحكام من كتاب إلى كتاب آخر. ويقولون بأن باب الاجتهاد قد أغلق ومفاتحه قد رمي في البحر. حتى يصير في ذهن الطالب أنه لا يستطيع أن يفكر في استنباط حكم جديد في الزمان الذي يعيشه فضلا عن أن يهتم بأن يصل إلى مرتبة الفقيه.
بادئ ذي بدء لا بد أن نحقق أولا أن المقلد أقسام، ليس كلهم على مرتبة واحدة. وإلا فسنحكم بأن الصحابة في زمان النبي أيضا من المقلدين كنحن. لأنهم أخذوا الحكم من النبي صلى الله عليه وسلم بدون الدليل. فالمقلد أقسام وهناك ما يسمى بمجتهد المذهب وهو من المقلد، أيضا مجتهد الفتوى وهو من المقلد. لو لم نقسم كما هذا صار طالب العلم المقلد خائفا من الاجتهاد. فصار متعلم علم الفقه وعلم أصول الفقه كنسخة الكتاب فقط، بمعنى أنهم تعلموا العلوم فقط لحفظ الكتب ولحفظ التراث. مع أن علم أصول الفقه هو للعمل وللتطبيق له في الواقع العملي.
أما علم القواعد الفقهية قال السبكي: من أراد أن يملك الفقه يضبطه بالقواعد. لأنك إذا ربطت القاعدة ربطت الفروع الفقهية. ولا بد أن نتعلم كيف ندرس أصول الفقه كما من أجلها أنشئ ، مثل في مسألة كيف نعرف علة تحريم الخمر فنحكم ونقيس على المشروبات الأخرى التي خفيت فيها علة الخمر.
في السنن النبوية ،ستجد هناك كان الصحابة إذا أراد أن يحكم في مسألة فقهية معينة جمعوا الناس من الفقهاء للاجتهاد الجماعي حتى يصلوا إلى الحكم الشرعي، وهذا مثل المجمع الفقهي في يومنا الحاضر.
ارتكز في كتابه “الرسالة” على أمرين : مبحث المعاني ومبحث دلالة الألفاظ. يتطرق إلى مبحث الحروف ولا اللغة من حيث هي اصطلاحية أم توقيفية ، بل تكلم عن مبحث المعاني ودلالة الألفاظ كالأمر والنهي والمجمل والمبين . لا يتكلم عن أصول الدين، لأن الغرض حينئذ مجرد وضع المنهج الفكري الفقهي للاستنباط. أما غير ما لم يكتبه الشافعي هو لا يحتاج إلى كتابته لأنه من الأمور التي قد علمت بالضرورة.
نمط المتقدمين مركز في هذه المباحث. فمتى امتزج علم أصول الفقه مع علم الكلام؟ جاء في القرن الثالث الامتزاج في فن أصول الفقه بأصول الدين أو علم الكلام. وهذا بسبب نشاط المعتزلة الذين ينشرون الشبهة فردهم أهل السنة بتأليف الردود في مبحث علم الكلام. ولقوة المعتزلة في علم الكلام حيث سلط الدولة بذلك ، فاضطر علماء أهل السنة بالكلام على علم الكلام وعلم اللغة وعلم الحديث، وصار أصول الفقه كعلم الخلاف ، في كل مسألة من مسائلها خلاف بين الأشعري والمعتزلي. أين علاقته بالاستنباط؟
بسبب هذا صار علم أصول الفقه الذي هو منهج عملي ينتقل إلى منهج فلسفي. دخله علم الكلام فتكلم فيه عن علم المنطق. وكذلك دخل عليه العلوم الغيبية التي تكلمت عن أمور الآخرة التي لا دخل لها في الاستنباط. فصار في ذهن طلاب العلم أن تعلم علم أصول الفقه هو تعلم الأشياء غير واقعية وليس فيها فائدة مهمة.
علم أصول الفقه لها وظيفة. أولا: تفسيرية ، من خلالها يعطي لنا منهج متكامل لفهم نصوص الشرع كالقرآن والسنة. وذلك من خلال الكلام على دلالة الألفاظ، والمطلق والمقيد، والأمر والنهي، والعام والخاص، والمنطوق والمفهوم.
ثالثا: وضع طرق الاستنباط ، مجردة عن علوم أخرى لا علاقة لها بعلم أصول الفقه.
كثير من العلماء الذين أبعدوا مسألة الجدل من علم أصول الفقه. كالإمام الشعراني مثلا ، كان اختصر جمع الجوامع فحذف كل المسائل المتعلقة بالجدل ، أثبت كيفية مسالك العلة ثم قوادح العلة التي تؤثر في صحة العلة. لا يتكلم عن مسألة الجدل.
فرصة السؤال والجواب:
✔ محي الدين: كيف نفتي اليوم مع تطبيق علم أصول الفقه؟
✔ الجفري: هل باب الاجتهاد مغلق في جميع المسألة الأصولية ، والفروعية ؟ أو فقط في الأصولية؟
ج: الجزئية لا يغلق الباب للاجتهاد فيها ، وذلك بالقياس ،
✔ القدري: كيف طريقة العلاج للتعصب في تطبيق أصول الفقه ؟ لأنهم اختلفوا ولم يرد أن يجتمع بعضهم بعضا في رأي واحد مع أنهم فهموا علم أصول الفقه وعلم مقاصد الشريعة؟ لماذا لم يجتمع في المجمع الفقهي؟

NOTULASI SEMINAR “EKSISTENSI SANTRI DALAM KEJAYAAN NKRI”
Notulasi Seminar “Eksistensi Santri Dalam Kejayaan NKRI”
Narasumber : DR. Segaff Baharun, M.H.I
Moderator : Syauqi Al Muhdhor, B.Sc
Notulen : Nofal Ali
Tanggal & Waktu : Jumat, 23 Februari 2018, pukul 21.00 – 23.00 KSA
Tempat : Auditorium Fakultas Sharea and Law Universitas Al Ahgaff.
Poin – Poin berlangsungnya seminar :
- Moderator membuka acara.
- Moderator mempersilakan narasumber untuk menyampaikan materinya.
- Sesi Penyampaian Materi :
o Silakan kita jadi doktor, silakan kita jadi profesor, tapi kesantrian kita harus yang paling hebat. Karena yang menjadikan Indonesia sebagai negara terbanyak muslimnya itu adalah santri, yaitu para wali songo.
o kesantrian itu bukan hanya terkait dengan lahir saja, tapi juga sangat terkait dengan batin. Yaitu terkait erat dengan kekuatan Allah subhanahu wa taala.
o Untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat atau bahkan negara, tak cukup hanya dengan kita menjadi doktor saja tanpa kesantrian. Karena empat unsur kejayaan mulai dari bahagia, sejahtera, aman dan sentosa (yang akan diwujudkan di NKRI) itu harus melalui jalur kesantrian.
o tentang resolusi jihad yang diprakarsai oleh Kiyai Hasyim, sebuah catatan sejarah yang dapat menyadarkan kita semua bahwa dengan bantuan dan kekuatan Allah, kekuatan yang tampaknya kecil dapat mengalahkan kekuatan yang lebih besar. Sebagaimana kisah-kisah para nabi di zaman dahulu ketika menghadapi musuh-musuhnya yang berlipat-lipat ganda jumlah dan kekuatannya. Semua musuh dikalahkan oleh kekuatan yang tak masuk di akal.
o Semua kekuatan yang ada itu milik Allah. Maka yang perlu kalian tekankan sekarang ini adalah belajarlah karena kalian adalah santri. Bukan karena kalian adalah pelajar atau mahasiswa.
o Al Faqir berjuang untuk mendapatkan gelar doktor itu bukan karena agar bisa diterima sebagai pegawai PNS atau mengajar di Perguruan Tinggi. Semua al faqir lakukan hanya untuk membuat silau para mata yang memandang. Gelar ini adalah sebuah senjata yang bisa kita gunakan agar kita bisa masuk ke berbagai kalangan dan diundang dakwah dimana-mana. Berbeda ketika kita hanya seorang kyai atau santri saja.
o Belajar di perguruan tinggi tidak mesti akan menghilangkan kultur salaf pendidikan kita. Sungguh dengan belajarnya kalian sebagai santri sekaligus mahasiswa di sini adalah hal yang luar biasa. Karena sesungguhnya kalian telah memperbanyak modal kalian untuk menyenangkan hatinya Baginda Rasul Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Namun jangan salah, gelar dan santri saja tanpa ada bekal keilmuan yang kompeten itu masih tidak cukup.
o Kalo kita sudah bisa mengumpulkan dua senjata sekaligus, yaitu senjata pertama gelar yang bisa menggambarkan sesuatu yang lahir dan senjata ilmu kesantrian yang menggambarkan sesuatu yang batin maka kita bisa berdakwah masuk kemana-mana.
o Kakek dan nenek moyang kita telah mengajarkan kita secara tersurat dan tersirat dalam lagu kebangsaan kita untuk membangun jiwa kita terlebih dahulu baru kemudian membangun raga kita. Bagaimana mungkin jiwa tersebut dapat dibangun hanya dengan dua jam pelajaran agama dalam setiap satu pekannya?
o Ustadz Segaf Baharun memiliki sebuah majelis di kota Bangil, Pasuruan, Jawa Timur yang bernama Majelis Subuhan Al-Busyro. Majelis ini tak hanya berisikan pengajian subuhan saja, namun beliau rangkai agenda tahajud berjamaah, subuh berjamaah, baca yasin, wirdullatif, wirid sakron, shalawat daf’ul bala’, shalawat al-busyro, kemudian dilanjutkan dengan pengajian 30 menit dan diskusi interaktif selama sepuluh menit.
Bahkan di Majelis Subuhan Al-Busyro ini, berkumpul di dalamnya 1.500-2.000 jamaah yang di antaranya adalah para anggota dewan. Baik itu eksekutifnya dan bahkan legislatifnya. Juga masyarakat Bangil yang terdiri dari berbagai macam warna ormas dan keyakinannya.
Menariknya lagi dari majelis ini, beliau telah merangkai program untuk masuk ke berbagai sekolah negeri di Bangil tanpa dibayar gaji. Semua beliau lakukan agar setiap kalangan remaja yang ada dapat tersentuh oleh ilmu agama lebih dari apa yang mereka dapatkan selama ini.
o Kemudian Ustadz Segaf Baharun juga mengajarkan kita cara untuk menyikapi para pelajar yang non-santri.
o Mereka semua adalah saudara semuslim kita, jadi jangan kita musuhi mereka. Semua harus kita rangkul bersama. Kita sudah tahu sabda nabi, bahwa orang yang beriman adalah orang yang berharap untuk saudaranya seperti yang ia harapkan untuk dirinya sendiri. Dalam artian, kita tidak mau masuk surga kecuali mereka juga harus ikut masuk surga.
o Setelah berjalan selama 30 menit, di akhir pemaparan beliau membagikan sebuah resep ampuh yang bisa kita amalkan agar memiliki mental yang kuat serta jiwa yang tangguh, sehingga kita bisa hidup dimana saja, dengan situasi apa saja, tidak pernah takut untuk kehilangan apa saja ” Saya punya abah Habib Hasan Baharun berpesan kepada saya, wahai Segaf harus kau tanamkan di dalam dirimu bahwasanya kau adalah manusia yang paling buruk dan paling rendah di dunia ini. Bila kau berhasil tuk merasakan dan menanamkannya di dalam dirimu, maka kau akan jadi orang yang sukses dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.’’
‘’Mengapa ayah saya berkata demikian? Karena ketika ada seseorang yang memuliakanmu, menjunjung tinggi dirimu, (berkat resep ini) spontan kau akan bergumam, “Masya Allah, masa orang kayak saya ini layak tuk dimuliakan. Ini pasti (bukan karena saya orang mulia, tapi) memang karena orang tersebutlah yang memiliki akhlak mulia.” Dan juga, ketika ada seseorang yang mencelamu, atau ketika kau tidak dipedulikan oleh orang lain, maka (berkat resep ini) spontan kau akan merasa bahwa ungkapan dan sikap seperti itu memang pantas ditujukan untukmu.’’
- Sesi Tanya Jawab :
o Peran ulama dalam politik ?
Ulama harus berperan dalam politik, tetapi secara tidak langsung, ada koridor dan batasan-batasannya, karena kedudukan ulama jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kedudukan umara’ (pemimpin). Ulama itu milik semua umat islam, ilmu yang ada di dalam diri ulama sifatnya rahmatan lil ‘alamin untuk semua golongan manusia, maka jika seorang ulama terjun langsung kedalam dunia politik sama saja dia menurunkan kedudukan yang Allah telah amanahkan kepada dirinya, disamping itu, kalau seorang ulama terjun langsung kedalam dunia politik maka secara otomatis dirinya akan terkotak-kotakkan dengan blok, partai dan golongan tertentu, tentu ini akan mencederai sifat ulama yang milik semua umat “rahmatan lil ‘alamin” itu tadi.
Selayaknya di dalam majelis ilmu jangan ada unsur-unsur politik, karena di dalam majelis ilmu terkandung ilmu yang diwarisi dari Baginda Nabi Muhammad SAW, milik semua umat, kalau di dalam majelis ilmu ada unsur politik ditakutkan akan terkotak-kotakkan dengan blok, golongan dan partai tertentu. Maka barangsiapa yang memuliakan ilmunya Nabi Muhammad SAW, dia akan mulia.
Kita tidak terjun dalam dunia politik, tetapi kita jangan memusuhi dan anti politik. Kita harus bisa menempatkan diri kita sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
- Sesi Penutup :
o Beliau berpesan kepada para penuntut ilmu untuk memantapkan niat dan bermujahadah dalam membersihkan hati.
o Niat kita untuk belajar, meninggalkan orang tua, semuanya kita niatkan untuk membahagiakan Nabi Muhammad SAW.
o Barang siapa yang di dalam hatinya menggebu-gebu niat membahagiakan Nabi Muhammad SAW, maka dia akan dicintai oleh Nabi Muhammad SAW, siapa yang dicintai oleh Nabi Muhammad SAW maka dia akan cepat sampainya, karena dunia ini apa kata Nabi Muhammad SAW, dunia ini tercipta dari Nur Nabi Muhammad SAW.
o Mujahadahkanlah diri kalian dalam membersihkan hati, karena hati itu komponen yang sangat penting untuk seseorang menerima ilmu العلم في الصدور لا في الستور Letaknya ilmu itu di hati, bukan di dalam tulisan aksara semata.
Seminar selesai pukul 23.00 KSA.
Sekilas Tentang Kejurnalistikan
- Tampil di era digital mendominasi bentuk tulisan
- Dengan tulisan, penulis menjadi guru di berbagai penjuru
- Menulis adalah bekerja untuk keabadian
- Tulisan adalah senjata
- Meningkatkan daya kritis dan kejelian berfikir
- Pemegang senjata musti disegani
A.Unsur Berita
PPI HADHRAMAUT adakan seminar dan halal bihalal bersama Habib rizieq bin syihab
-Sejarah terbentuknya pancasila
-Peran ulama dalam pembentukan NKRI
-Pilar-pilar kebangsaan Indonesia
-Peta dakwah di Indonesia
_____________
*Liputan AhgaffPos
Gelar Seminar Ilmiah Perdana, PPI Angkat Tema Tasyabuh Bil Kufar

Dimoderatori oleh habib Hafidz Al-qodri mahasiswa mustawa tiga kulliyah syariah, seminar ilmiah kali ini dimulai pada pukul 20.30 KSA dengan dr. Alwi bin Hamid bin Syihabuddin sebagai pembicara yang pertama.

Sementara itu, dr. Muhammad bin Abdul Qadir Alydrus dalam mukhadorohnya menekankan perbedaan antara tasabuh dan muwalaah bil kufur. Tasabuh, seperti yang disebutkan dalam hadits nabi Muhammad S.A.W yang paling terkenal man tasyabbaha bi qaumin fahuwa minhum, bersifat umum. Sedangkan muwalaah di dalamnya mengandung cinta sehingga bnyak ayat yang melarang hal tersebut. Menurut beliau, tasabuh merupakan jalan awal menuju muwalaah, namun tidak serta-merta semua tasabuh menjadikannya muwalaah. (Munandar)
REKONTRUKSI MANHAJ PESANTREN Oleh : Ma’arif Azis Rajiman*
Pemuda dan Dinamisasi Pemikiran dalam Menjawab Tantangan Zaman
Acara seminar ilmiah dilanjutkan dengan dialog interaktif hingga pukul 23.00 KSA. Seminar ini juga sekaligus menutup serangkaian acara yang dihelat PPI Yaman cabang Hadhramaut dalam rangka memperingati Hari Pahlawan. Akhir seminar ditutup dengan penyerahan hadiah penghargaan kepada para juara dalam beberapa lomba yang dihelat beberapa hari sebelumnya. Antara lain ; kompetisi sepak bola Piala Pemuda, lomba baca puisi, dan cerita kepahlawanan. (Tim Reportase PPI Hadhramaut 2013).